Lingkoq Datu

English

Sahabat adventure, apa kabar ? Saya harapkan anda dalam keadaan baik-baik saja ya, begitu juga kami dan kita semua dalam keadaan sehat walafiat, tentu ini adalah nikmat yang tidak pernah kita sadari bahwa kesehatan melebihi dari harta berlimpah yang kita miliki, sudah bisa dibayangkan jika kita dalam keberuntungan yang berlimpah namun kita tidak dalam kondisi sehat jasmani.

Tentulah pasti semua harta yang kita miliki akan kita kuras untuk kebutuhan berobat demi yang namanya sehat, jadi mari kita syukuri hal-hal yang kecil asalkan kita tetap dalam keadaan sehat jasmani tentunya. Waduh !!! maaf-maaf sebenarnya ini pembukaan dakwah atau mau jual obat sih ? hehehe…!!! Sekali lagi maaf-maaf, tidak ada salahnya jika kita saling mengingatkan untuk sehat.

Lingkoq Nine atau Lingkoq Pepek, Karena dianggap menyerupai Vagina

OK, terima kasih Anda sudah membuka blog ini, dan saya tahu informasi apa yang ingin anda dapatkan di sini, tentu anda ingin tahu di mana lokasi tebing “Lingkok Datu kan ? Sebelum kita menuju topik utama untuk membahas letak lokasi taman wisata alam Lingkoq Datu yang kata orang ini adalah lokasi wisata yang tidak “main stream” atau anti main stream.

Tentu “Main stream yang dimaksudkan di sini yaitu, tujuan wisata yang sudah dikenal oleh orang pada umumnya atau lokasi wisata itu-itu saja atau tempat wisata yang umum dikenal bagi orang-orang pada umumnya atau silakan terjemahkan sendiri saja artinya ya, suka-suka anda sudah karena masalah terjemahan bahasa Ingggris saya lebih suka menerka-nerka campur insting nah bagaimana kalau versi Anda.

“Yo karep mu wae, kalau kata orang Jawa. Nah saya menerka-nerka lagi bahasanya orang kan ? jadi kita tekankan pada kata “anti” yang artinya tidak, jadi lokasi objek wisata “Lingkok Datu ini bukan lokasi wisata yang  umum itu maksudnya, jadi kalau Anda berwisata ke tempat ini itu artinya beda banget atau lain daripada yang lain.

Jika anda datang dengan kendaraan roda empat parkirlah di sekitar masjid ini lalu jalan kaki sejauh kira-kira 1 km lurus mengikuti jalan setapak jangan belok kiri.

Dari Kebiasaan saya menerka-nerka terkadang sering juga saya salah menafsirkan makna kata, termasuk kata Lingkoq Datu yang dalam bahasa suku Sasak Lombok “Lingkoq” artinya sumur dan “Datu” artinya penguasa atau pemerintahan.

Kata Datu lebih populer pada masa kerajaan atau pada masa dulu di Lombok hingga “Lingkoq Datu” bisa diartikan sumur milik pemerintah kerajaan, meskipun sudah bukan di zaman kerajaan orang-orang pelosok di Lombok masih menggunakan kata-kata Datu untuk menyebut pemerintahan.

Awalnya berasumsi kata Lingkoq Datu adalah kata kiasan untuk menyebut lokasinya yang megah luas dan besar, jadi jika orang-orang datang ke tebing menunduk lihat ke bawah seperti-halnya orang melihat sumur dan ini adalah sumur kerajaan hingga orang-orang setempat memberinya nama kiasan dengan sebutan “Lingkoq Datu (sumur kerajaan), karena hal-hal yang megah akan disimbolkan dengan istilah-istilah kata yang terhormat atau elegan.

Ini motor ku yang full box juga naik sampai di atas tebing, side box penuh dengan minuman dingin karena kami sudah mempersiapkan untuk hawa panasnya di lokasi.

Ternyata, asumsi saya salah fatal setelah saya datang ke lokasi dan ingin tahu keberadaan lokasi tebing Lingkoq Datu ternyata 1 km sebelum masuk ke lokasi tebing ada terdapat banyak Lingkoq atau sumur yang di buat oleh Datu atau pemerintah yang jumlahnya sembilan sumur untuk tujuan tempat mengambil air minum untuk kerbau dan sapi.

Airnya sedikit payau karena tidak terlalu jauh dari pantai, kebetulan tidak jauh dari lokasi tempat kami berdiri banyak terlihat sapi di bawah pohon sengon yang rindang, ini keterangan dari salah seorang yang kami temukan di lokasi, saya kurang tau persis itu si penjaga sumur atau penggembala.

Kenapa saya katakan demikian karena ada dua sumur yang dipagari oleh batang-batang kayu dalam satu lokasi yang luasnya kira-kira kurang dari dua are dan terdapat 2 paruga besar, kata pak tua kira-kira 65 tahun itu yang baru bangun dari tidurnya di paruga di sekitar lokasi ini ada sembilan sumur yang tersebar yang tidak jauh dari lokasi sumur utama yang dipagari batang kayu ini.

Di tempat lain ada beberapa yang sudah ditimbun juga katanya. Lalu saya tanya kembali, kenapa sumur yang dua ini menjadi disakralkan sama sebagian orang pak, “tanya saya, beliau bilang ada keanehan dari kedua sumur ini, yang satu nya diberi nama sumur Mame (Laki) dan yang satunya diberi nama Sumur Nine atau (perempuan) sambil saya mengamati lokasi sekitar ada bekas-bekas bunga rampai dari para peziarah yang masih berbau animisme ini.

Pantainya berpasir putih tapi tidak terlalu lebar dan sepertinya jarang dikunjungi

Ternyata semakin menarik pertanyaan, saya tanya kembali kenapa diberi nama demikian pak, ada sumur Mame (laki) dan ada sumur Nine (perempuan) ?

Ya yang anehnya di sumur Nine ini atau sumur perempuan ini adalah sumur yang tidak bisa bundar saat dibuat atau saat digali untuk diberi bentuk bundar, sampai Tuan Guru (kyai) juga ikut menyaksikan pembuatan sumur ini ternyata yang satu ini yang tidak bisa bundar katanya, dan ini menyerupai kemaluan wanita kan pak ?

Saya tegaskan, beliau bilang ya.” dalam hati saya berkata ya wajar lah karena struktur tanahnya terdiri dari tanah cadas bercampuran tanah bengkahan karang.

Bongkahan batu karang ini pastinya terpilah-pilah, karena yang cadas memilah secara keras membentuk struktur dengan sendirinya dan yang bengkahan batunya waktu diangkat yang paling mudah hingga membentuk  oval dan sedikit lancip di bagian salah satu sisinya hingga menyerupai vagina perempuan sehingga orang-orang sekitar menyebutnya sumur “Pepek atau sumur Vagina.

Ah, sok taulah saya ini dasar tukang tebak. Jadi sudah jelaskan dari mana asal kata pemberian nama Lingkoq Datau ? Warga desa Sekaroh hanya sebagian orang yang mengenal sebutan Lingkoq Datu tapi secara umum kalau mau ke lokasi ini orang-orang lebih mengenal dengan sebutan pantai Penyisok.

Saya terka lagi karena tidak jauh dari bibir pantai ada terdapat rawa air hujan yang saat itu sedang kering dan masyarakat setempat pasti sering mencari siput di situ karena Sisok dalam bahasa Lombok artinya Siput.

Sepeda motor masih bisa kita bawa hingga mendekati lokasi tebing Lingkoq datu.

Akses untuk menuju lokasi ini dari kota Mataram masih satu jalur dengan tujuan ke pantai Pink jauhnya sama hanya pada jalur di dusun Aro Inaq jalan menuju pantai Pink harus berjalan lurus terus condong ke arah kiri sementara jalur yang menuju ke Lingkoq Datu belok kanan di pertigaan dusun “Aro Inaq” dengan ciri-ciri ada permukiman transmigrasi, dusun Aro Inaq sangat mudah untuk anda kenali.

Jika pernah ke pantai Pink perhatikan jalan aspal hingga terputus dan terhubung dengan jalan tanah atau jalur tanah yang berkerikil dan bergelombang, dari jalan aspal yang terputus ini kira kira 3 km jalan terus ke arah pantai Pink belok kanan, di lokasi permukiman transmigrasi.

Jangan lupa untuk memastikannya harus banyak bertanya terus kepada penduduk karena Anda akan sedikit bingung dengan akses jalan yang menuju pantai Penyisok, perhatikan ruas jalan yang besar yang bisa dilalui mobil tapi kondisinya lebih rusak jika dibandingkan dengan rute yang menuju pantai Pink.

Saat berbelok kanan meninggalkan jejak yang menuju arah pantai Pink belok kanan, jalan terdiri dari jalan aspal kasar tapi lumayan bagus dan ruasnya hanya sedikit saja hanya sampai di batas permukiman transmigrasi setelah itu jalan tanah berdebu jika saat musim panas dan jika musim hujan yang pastinya jalan ini akan licin jika dilihat dari struktur tanahnya yang mengandung tanah liat.

Lokasi di pantai Kaliantan, masih kurang dikenal sama masyarakat kota hingga kurang terlihat pengunjung yang datang ke lokasi ini.

Dengan kondisi ini saya yakin Anda akan nyasar terus jika tidak rajin-rajin bertanya kepada penduduk setempat, orang-orang setempat tampak sangat baik-baik, ramah dan selalu terlihat bersemangat menunjukkan lokasi pantai Penyisoq.

Jadi jika masih jauh kira-kira sebelum mendekati lokasi Lingkoq Datu  saya sarankan Anda menanyakan di mana lokasi pantai Penyisok karena nama pantai Penyisok lebih dikenal ketimbang “Lingkoq Datu” atau tanyakan keduanya saja.

Ciri-ciri lokasi jika sudah mau sampai anda kutemukan sebuah masjid Penyisok yang terlihat kuno yang dibangun dari bahan dasar batu karang tapi belum jadi, di masjid ini ada jalan belok ke kiri lebih lebar dan jalan sempit tidak bisa masuk mobil lurus dengan ciri rimbunan pohon Sengon nah inilah jalan menuju pantai Lingkoq Datu.

Waktu itu kami terkecoh dengan lebarnya jalan dan kami belok kiri, jika Anda datang dengan menggunakan mobil, parkirlah di sekitar masjid yang berdinding batu karang ini.

Banyak lokasi yang lapang tapi tidak ada tempat yang teduh, saat itu kami belok kiri mengikuti jalan besar karena ada kendaraan roda empat baru keluar dari jalan itu, lokasi yang kita tuju sudah terlihat bertebing seperti yang di gambar-gambar.

Kami pun semakin bersemangat sok yakin dan akhirnya berputar-putar di atas bukit seperti cacing kepanasan dan akhirnya kami pun harus menundukkan ego untuk berbalik ke gubuk yang tadi sudah kita lewati ada orang yang terlihat di gubuk itu.

Lalu kita ke sana untuk bertanya, saat tiba di gubuk keluarlah seorang ibu-ibu berkerudung dengan sambutan yang sangat ramah sekali, tadi saya perhatikan anda lewat dan saya yakin Anda salah jalan imbuhnya.

Jalur menuju lokasi masih berupa jalur tanah cadas.

Oh ya, kami mau menuju Lingkoq Datu bu, itu di mana ya kata mas Helmi Subhan yang saya bonceng di belakang, ibu itu berkata astaga kalau ke sana jalannya sudah buntu kalau ke arah sana sambil menunjuk bukit cadas tempat kami berputar-putar tadi yang sudah kami lalui tadi.

Sambil menunjuk ke arah rimbunan pohon Sengon lagi lokasinya ada di situ nanti ada jalan masuk kecil kata ibu paruh baya itu. Kami-pun pamit dan mengucapkan terima kasih kepada ibu yang ramah ini lalu menera-bas melintasi jalan setapak.

Tidak jarang motor kami kandas di lubang sawah kering dan di roda motor ku terdapat banyak batang semak berduri melilit di roda depan, setelah tiba di pohon sengon yang rindang pun kami masih bingung dan ini kami sudah salah yang kesekian-kalinya.

Jadi pengalaman saya ini cukup untuk dijadikan pelajaran karena kalau saya jabar kan berapa kali salah sepertinya akan menakutkan Anda untuk datang ke sini dan akhirnya kami pun harus segera berteduh dan minum, tenggorokan sudah betul-betul terasa haus sekali.

Kami melihat paruga atau Saung, sepertinya pas buat beristirahat nah di lokasi inilah kami berjumpa dengan pak tua 65 th tersebut seperti yang saya ceritakan di atas, jadi sepertinya ibu tadi menunjukkan kami lokasi ke tempat lokasi sumur yang disebut Lingkoq Datu bukan menunjukkan kami tempat lokasi tebing yang kita cari atau yang kita tuju.

Akibat salah jalur duri-duri semak-pun ikut serta melilit di roda motor.

Setelah selesai Ngobrol dengan pak tua kami pun diarahkan mengikuti ada dua anak kecil bersepeda motor membawa air dengan ciri gen di salah satu sumur yang disebut sembilan tadi.

Setelah kami melintas akhirnya kami pun melihat keberadaan sebagian sumur yang dimaksud oleh pak tua tadi maaf kami lupa menanyakan nama bapak itu.

Kami mengikuti terus jejak gilasan sepeda motor yang kira-kira tidak terlalu sering dilalui, kemudian setelah sampai kami turun ke pantai Penyisok untuk mengambil gambar.

Sangat tidak menyenangkan karena terdapat banyak sampah-sampah kiriman dari sungai, kemudian kami bersusah payah mengendalikan sepeda motor untuk naik ke atas bukit bertebing dan pada akhirnya menyenangkan karena lokasi yang kita tuju sudah kita jumpai.

Sempat kami ngeflog di atas tebing dan kami share ke YouTube, bisa Anda tonton dengan pencarian dengan judul LINGKOQ DATU PANTAI YANG KEREN DI LOMBOK, setelah selesai dari sini kami balik dengan tujuan yang lain ke arah pantai Cemara di dusun Seriwe.

Masih berdekatan dengan pantai Kaliantan tapi kami harus berbalik arah dulu menuju perkampungan di dusun Aro Inaq hingga menggilas aspal lagi sejauh 3 km dan berbelok kiri menuju arah pantai Kaliantan.

Aksi membayar stress di pantai Kuta, karena untuk menemukan Lingkoq Datu betul-betul harus struggle.

Sebelum sampai di pantai Kaliantan kami bersantai dulu di pantai Cemara bersantai sejenak sambil menikmati angin dan suara burung-burung yang bertengger di pohon cemara.

“Yang pasti kami lapar, di sekitar lokasi tidak ada warung atau pun restoran akhirnya kami hanya makan snek yang sudah kami beli di Alfamart sebelumnya, sebelum bertolak kami sempat mengambil gambar di pantai Cemara lalu kemudian mengunjungi pantai Kaliantan yang tidak jauh dari pantai Cemara kira-kira kurang dari 2 km.

Setelah itu kami pulang dengan hati senang melalui jalur alternatif menuju pantai Kuta karena kami ingin tahu sampai sejauh mana perkembangan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tersebut.

Jalur sangat sepi dari lalulintas kendaraan bermotor, jadi perjalanan sangat kami nikmati karena melintasi teluk Ekas dan teluk Awang hingga tiba di pantai Kuta.

Sudah sore sekitar “jam 5” dan kami cuma satu jam saja berada di sini karena proyek pemasangan Paving Blog sedang berjalan dan suasana masih agak semerawut juga selesai di sini akhirnya kami membayar parkir Rp 5000 / motor lalu Bye Bye THE MANDALIKA.