relawan Gempa

wisata alam Tetebatu, Aku ingin memanggil mu kawan, agar kamu dapat melihat ku, Dan kita merasakan bersama suara merdu dari kicauan burung, yang memanggil di kala sunrise mulai muncul, Agar kamu melihat juga, nuansa kehijauan, ketika nanti sinar mentari mulai terang.

Agar kita bisa melihat bersama lampu lampu para nelayan Lombok Selatan, yang gigih menerjang ombak di malam hari.

Kamu bisa mendengar suara Dangklok dan jangkrik yang merdu di tengah dingin nya malam yang mengeluarkan embun, dan agar kita bisa melihat bersama rombongan petani Perampek dan Pengome padi, dan agar kita bisa mendengar bersama alunan Adan di waktu subuh, di dekat penginapan ku.

wisata alam Tetebatu
Keceriaan para wisatawan mengunjungi lorong air terjun

Inilah yang ada dalam benakku, ketika sehari perjalananku, mengunjungi desa wisata alam, desa Kembang Kuning, kecamatan Sikur Lombok Timur dengan ketinggian 700 mpl.

Travel yang aku booking, menempatkan Ku di salah satu penginapan dengan khas rumah adat Lombok. Dan rupanya, tidak salah dia memilih kan aku tempat di sini.

Duduk di depan room Ku, aku langsung berhadapan dengan hamparan sawah menghijau, dan sepertinya ini aku merasakan sedang berkomunikasi dengan alam di sekitar ku.

Ada padi yang menghijau, ada pohon kelapa, ada berbagai jenis pohon ‘pohon lebat yang tidak aku tahu apa namanya. Namun sebuah ketenangan “sempurna” yang aku rasakan begitu kuat, saat berada di tempat ini.

Wisata alam Tetebatu Sangat jauh dari wisata lain, yang lebih menonjol kan glamor / kebebasan, seperti wisata pantai di Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.

Di tempat ini wisata alam Tetebatu, sepertinya terpadu antara keindahan alam, dan kondisi sosial masyarakat yang ramah dan religius.

Tak salah rupanya, apa yang ku baca di beberapa media online, tentang desa ini sebagai peraih wisata terbaik, Wisata Nusantara.
Dan jadwalku pada pagi hari ini, (15/01), mengunjungi air terjun Jeruk Manis, di sebelah utara desa ini. *

Alhamdulillah, itulah ungkapan hatiku ketika tiba di air terjun Jeruk Manis, begitu memandang air terjun tinggi menerjang kolam di bawahnya. Suara dentuman air yang jatuh dengan ketinggian 20 m, membentuk uap dari percikan air yang sejuk dan dingin, menampar wajah ku, seolah menghipnotis badan ku untuk segar kembali.

Pasar tradisional Lombok
Mas Ogek, Guide Tetebatu

Ogek, begitu-panggilan akrab guide yang menemani ku, memperhatikan betul keceriaan ku, di antara sekian banyak orang yang tak kalah juga ceria nya, saat sampai di lokasi air terjun itu. Dia memperhatikan, aku melompat -lompat kecil, di atas pasir berair, yang terasa begitu dingin.

Tak sia- sia, kami berjalan kurang lebih 25 menit, berjarak sekitar 1.5 km dari pintu gerbang hutan lindung, Taman Nasional Gunung Rinjani, menuju ke tempat ini.

Sepanjang jalan yang ku lalui, seperti masih memperlihatkan keaslian alam Hutan Rinjani di kawasan hutan lindung itu, dengan hutan yang masih lebat, dengan bau khas dedaunan hutan belantara.

Dalam perjalanan dari pintu gerbang hutan lindung, ke Air Terjun Jeruk Manis, memang ada tiga berugak ( tempat duduk bertiang empat masyarakat suku sasak, memiliki atap dari genteng atau alang- alang) yang disiapkan pengelola hutan Taman Rinjani, bagi wisatawan untuk istirahat bila kelelahan. Namun dalam perjalanan itu, akun menolak tawaran Ogek untuk istirahat, karena biarlah keringat itu akan membakar kolesterol ku.

Lihat paket: TOUR HARIAN HIKING DESA TETEBATU kode: TH12

Saat berangkat dari penginapan ku, aku sesungguhnya, lebih tertarik untuk jalan kaki ke air terjun itu, meski jaraknya sekitar 4 km, namun tampaknya aku tak bisa menolak, keinginan guide ku, karena saat ini, musim penghujan.*

wisata alam Tetebatu
Pemandangan persawahan di desa Tetebatu

Tibalah hari terakhir ku, (17/01) untuk beberapa destinasi wisata lokal di sekitar Tetebatu, yang belum aku kunjungi. Namun aku, ingin sight seeing atau jalan-jalan. Dan jalan jalan yang aku maksudkan bukanlah jalan kaki, sebab tak mungkin dengan waktu yang singkat sampai sore nanti, aku bisa sampai di tempat yang dituju.

Sementara aku ingin menyaksikan pemandangan alam lebih jauh, dan tentu aku berharap Agok, guide ku, akan membawa aku ke tempat sesuai keinginanku.

Aku memang sepertinya kehausan dengan terpaan alam yang sejuk, hening dan damai, dengan pemandangan alamnya. Karena aku berharap sampai di Jakarta nanti, aku masih segar dengan suasana liburan ku.

wisata alam TetebatuDan saat ini, dengan sebuah kendaraan roda empat, Agok membawa aku menuju ke Tetebatu. Aku melewati kekadusan bernama Orong Grisak, dan terus ke utara dan berhenti di sebuah bendungan kecil.

Aku memintanya, berhenti sejenak, aku keluar melihat ke arah utara dan selatan. Di arah utara, adalah kawasan hutan lindung Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dengan tanaman pohon nangka yang dominan, dibandingkan dengan pohon lainnya.

Lagi lagi, melihat ke arah selatan, dan melihat pantai laut Lombok Selatan. Tampak pula sebuah bendungan yang menurut Agok, itu adalah bendungan Pandan Dure, sebuah bendungan terbesar di NTB.

Tak terasa saat ini, waktu telah jam12.00, aku sudah order untuk makan siang di penginapan. Aku pun mengajak pulang, namun berhenti membeli durian. “Hem, cukup beda jauh dalam rasa.

Begitu lezat durian Tetebatu dibanding durian yang lain,” aku berkata dalam hati saat makan durian tersebut bersama Agok.

Sebentar lagi aku akan tinggalkan Kembang Kuning karena jam 17.00 aku sudah check in di bandara, dengan sebuah kenangan indah. Aku berharap tahun depan, menjelang motor GP-2021, aku dapat lagi mengunjungi tempat ini. (Lina Budiarto, seperti yang dituturkan pd H L Arwan)

Oleh: H.L Arwan