English

Budaya Suku Sasak di Lombok

Budaya di Lombok sangat tampak kental dipengaruhi oleh budaya dari Bali, bila dilihat dari pakaian tradisionalnya yang menggunakan kebaya, suara musik gamelan yang hampir terdengar sama, tarian tradisional yang liuk-liuk dan sentakannya mirip dengan tarian Bali.

Orang LombokBahasa tuturan yang dianggap halus dengan menggunakan bahasa serapan dari bahasa-bahasa yang dianggap bahasa halus di Bali. Budaya di Lombok yang bukan merupakan budaya serapan dari budaya luar yaitu, Lebaran Topat, Rebo Bontong, Mulut, Merarik, Belangar, Midang.

ACARA LEBARAN TOPAT bUDAYA LOMBOK

Setelah berpuasa sebulan dalam bulan Romadon umat muslim sasak atau orang Islam di Lombok sebagian setelah seminggu dari perayaan hari raya Idul fitri melakukan puasa sun-nah selama seminggu, nah pada saat seminggu setelah perayaan Idul fitri umat Islam di Lombok mengadakan lebaran lagi yang sudah populer disebut dengan lebaran Topat atau lebaran ketupat setiap kepala keluarga hampir bisa dibilang wajib untuk merayakan lebaran ketupat.

Biasanya pembuatan ketupat satu hari sebelumnya sudah dipersiapkan termasuk pembuatan lauk untuk ketupat yang berupa urap sayur sayuran, biasanya ada sekedar seekor ayam yang disembelih untuk tambahan lauk opor buat tambahan kuah untuk urap yang dihidangkan.

Ketupat biasanya disantap untuk sarapan pagi yang di kira-kira pukul 8 pagi. Setelah itu biasanya orang-orang di Lombok melakukan pelesir. Biasanya ke tempat sanak keluarga yang jauh atau ke pantai menghabiskan hari hingga sore.

Perayaan lebaran ketupat sangat ramai, lebih ramai dari perayaan Idul fitri.  Orang berbondong-bondong menuju tempat tempat pariwisata di seputar pulau Lombok sehingga pemda sangat memberikan perhatian terhadap kegiatan lebaran ketupat.

Diadakannya acara-acara konser musik di tempat-tempat umum yang dihadiri oleh tokoh masyarakat dan para pejabat daerah untuk momen lebaran ketupat aparat kepolisian sudah dipersiapkan untuk menjaga lalu-lintas.

Anak-anak di LombokKemungkinan akan terjadi kemacetan di mama-mana terutama di kawasan pantai Senggigi. Untuk hal ini perlu kami ingatkan bila Anda berada di area Senggigi hendaknya mewaspadai jika Anda punya penerbangan di hari lebaran ketupat.

Biasanya pengalaman saya waktu menjadi guide di Travel agent tamu tamu kamar yang punya penerbangan siang hari kira-kira jam 12 siang sebelum jam 7 pagi sudah kita gelandang menuju airport untuk menghindari kemacetan yang benar-benar macet.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan para pengunjung hanya sebatas konvoi dengan menggunakan kendaraan pribadi, truk terbuka, biasanya yang datang dari pelosok pelosok desa. Tapi yang paling mendominasi adalah para penunggang sepeda motor.

Bisa dibayangkan jika Anda berkendaraan 500 meter untuk waktu tempuh selama 1 jam, sebagian besar pengunjung juga mandi di pantai, bermain kano, menyewa pelampung yang merupakan bekas ban dalam kendaraan roda empat.

Aneka pedagang kaki lima dadakan ikut juga membanjiri areal pantai, sampah sampah bertebaran dimana-mana biasanya aktivitas ini berakhir hingga kira-kira jam 8 malam. Orang-orang yang datang ke pantai Senggigi berasal dari penjuru pulau Lombok. Ada juga orang yang tinggal di kota Mataram, mereka lebih memilih ke tempat lainnya yang lebih jauh seperti ke pantai Kuta, pantai Selong Belanak, pantai Pink dan lainnya.

PELAKSANAAN bUDAYA REBO BONTONG

Dalam budaya Lombok Istilah Rebo Bontong saat ini sudah asing tidak terlalu tampak untuk di rayakan, tidak pada waktu-waktu sebelumnya di mana di saat masa kecil saya. Kegiatan Rebo Bontong pernah saya ikuti hanya dengan membawa nasi bungkus dengan daun pisang untuk kami makan di Pinggir sungai bersama teman-teman di masa kecil ku. Rebo artinya hari Rabu,  Bontong artinya buntung.

Suku SasakJadi yang dimaknakan dalam maksud merayakan hari Rabu yang terakhir kali sebelum memasuki bulan Ramadhan karena Rabu berikutnya orang akan menjalankan ibadah puasa.

Jadi hari ini biasanya dirayakan seperti-halnya Lebaran Topat, masyarakat suku Sasak akan memanfaatkannya untuk pergi bersantai atau berlibur, tapi menurut saya kegiatan ini tidak terlalu populer di kalangan masyarakat Lombok secara umum.

Tidak terlalu transparan saat orang merayakannya. Bisa diartikan perayaan ini hanya inisiatif saja jika ingin pergi bersantai ke luar rumah. Hingga saat ini sudah hampir tidak terdengar lagi. Acara Rebo Bontong atau Rebo Buntung sudah akan hilang tergerus zaman.

ACARA MULUT ATAU MAULID CARA ORANG LOMBOK

Maulid di Lombok
Pawai arak arakan Maulid di bagian wilayah tertentu ( Ds Agung )

Dalam budaya Lombok Yang dimaksud Mulut di sini bukan mulut anggota badan yang kita gunakan untuk  mencerna makanan atau yang kita gunakan untuk bicara, tapi Mulut untuk penyebutan orang suku Sasak Lombok.

Mulut = Maulid Nabi Muhammad SAW, sebuah perayaan  ulang tahun atas hari lahirnya nabi besar Muhammad SAW yang dirayakan oleh orang Sasak dengan cara besar-besaran di hampir semua tempat di seluruh penjuru Lombok.

Bulan Mulut di Lombok selama sebulan akan terasa nuansa perayaannya, karena perayaan Mulut tidak dirayakan secara bersamaan dengan kampung-kampung yang berbeda selama satu bulan, bulan Mulut jatuh pada bulan Rabiul Awal (kalender Hijriah) juga sering diistilahkan bulan perbaikan gizi oleh orang-orang suku Sasak.

Saat perayaan Mulut makanan dan buah-buahan akan sangat berlimpah pada saat diadakannya acara “Mulut” di masjid, satu keluarga akan dengan senang hati membawa makanan 3 dulang sehari, dulang pertama yaitu dulang Penyampah atau dulang sarapan yang berupa macam macam jenis kue dalam satu dulang.

Acara Maulid
Hidangan dulang Penamat di dalam masjid

Periode kedua tamu-tamu undangan akan datang untuk sholat zuhur, setelah solat zuhur tamu-tamu akan disuguhkan dengan dulang makan siang yang terdiri dari makanan mewah yang penuh dengan daging ayam, sapi yang diolah dengan bermacam variasi bumbu masakan.

Dulang-pun kalau bersisa bisa di bawa ke rumah untuk keluarga tamu undangan, tapi yang ironi di sisi para tamu undangan adalah para tokoh agama dan para siapa pun yang pernah melaksanakan ibadah haji ke Mekah.

Artinya ini adalah kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi, sementara masyarakat miskin yang belum pernah berhaji hanya sebagai pen-jamu dan tidak pernah diundang untuk perayaan Maulid oleh kampung tetangga.

arak-arakan Maulid
Peraje Peresak di Ds. Agung

Begitu selesai menyajikan dulang makan siang para tamu akan pulang dan harus kembali ke masjid untuk sholat Ashar berjamaah, setelah itu akan ada lagi dulang penamat atau dulang tamat atau dulang terakhir.

Terdiri dari tumpukan aneka macam buah-buahan: Nanas, apel, pisang, nangka, jambu dan akan di tusukkan pada buah-buahan di atasnya uang kertas sebagai tambahan.

Untuk sebagian masyarakat yang menyumbangkan kuliner ke tamu Masjid yang bernilai dari setiap dulang akan di nilai oleh panitia siapa yang hiasan dan dulangnya paling mewah dan berharga akan menjadi kebanggaan untuk diberikan kepada tamu kehormatan saat itu.

Begitu juga akan berlaku seterusnya dengan kampung lain akan saling mengundang sebaliknya, dengan perlakuan yang sama. Tamu yang dipandang terhormat di sini yang pertama penceramah, penghulu masjid, kepala kampung dan para ketua RT dari kampung yang lain.

Sangat tidak salah kata “Mulut” yang memang urusan yang paling penting itu ya sekitar urusan mulut. Perayaan ini tidak akan sampai di situ saja acara akan berlangsung selama satu minggu.

Berpawai atau karnaval keliling kampung, Jurakan atau panjat pinang, kakok kepeng atau menggigit uang logam yang diselipkan pada sebuah buah sukun yang sudah diberi jelaga agar para peserta yang ikut menggigit uang ini antara mulut dan hidungnya menjadi hitam hingga

Pawai Maulid
Siswi islami yang tergeser dalam pawai maulid

kemudian acara yang terakhir yaitu ”rebak jangkih” rebak diartikan merebahkan. Jangkih artinya tungku untuk memasak. Istilah ini penghabisan untuk acara perayaan Maulid. Acara Maulid atau Mulut memang sangat membutuhkan dana yang sangat besar hingga orang harus berhutang tahunan baru bisa lunas.

Tidak hanya itu saja bagi anaknya yang kebetulan sunatan harus diarak dengan ‘Peraje’ yang merupakan replika suatu benda yang dibuat dengan kertas kemudian diarak ke jalan dengan diiringi orkestra gamelan hingga saat ini sudah menjadi melenceng karena Peraje juga dipikul atau di arak oleh anak-anak muda yang lagi pada mabuk minuman keras sungguh lupa dengan makna yang dirayakan, aneh memang.

MIDANG ATAU NGAPEL

Dalam budaya Lombok Midang dalam bahasa sasak diartikan ngapel atau wakuncar (waktu kunjungi pacar kita sadari bahwa zaman akan berubah bergulir seiring waktu yang akan mempengaruhi peradaban seiring waktu begitu pula dengan etika dan kode etik akan dipengaruhi oleh tuntutan, keadaan.

Gadis Lombok
Gadis Lombok

Kondisi dan lingkungan, secara mendasar saya akan bahas tentang hal Midang hingga sampai saat ini seberapa jauh pergeseran perubahan etika yang berkembang di Lombok. Pada dasarnya budaya Midang di Lombok sepengetahuan saya dalam arti kata saya tidak akan membahas tentang Midang sebelum saya lahir.

Kira – kira sekitar tahun 1980an orang Midang atau ngapel di Lombok tergolong unik karena bagi siapa pun boleh datang bertandang ke rumah gadis atau bisa jadi janda untuk Midang, pasti pembaca bingung dengan kalimat ini ?

Midang di Lombok pada era 1980an boleh bagi siapa pun yang mau ngapel dengan cara antre untuk bisa bicara dengan wanita yang ditaksir dengan tata cara sang gadis duduk di ruang tamu dan para kaum pria boleh masuk siapa pun asal naksir dengan gadis untuk nantinya dijadikan istri.

Tapi dengan sarat harus bergiliran dengan para pria yang sudah menunggu di halaman rumah sang gadis dengan mendahulukan yang lebih awal untuk masuk berbicara menemui sang gadis bila ada yang menyerobot mendahului orang yang lebih awal datang maka siap – siap malam itu akan ada perkelahian.

Bagi pria siapa pun yang memberi bingkisan kepada gadis yang dipidangi atau yang diapeli boleh boleh saja dengan maksud untuk memberikan perhatian agar nantinya dia bisa menjadi yang dipilih dan bingkisan berupa sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan yang paling istimewa yaitu jam tangan.

Jadi saat itu orang bisa melihat gadis menggunakan 2 atau 3 jam tangan di tangannya itu tandanya gadis yang berkualitas atau dengan kata lain gadis yang banyak ditaksir pria tajir yang datang Midang ke rumahnya dan itu merupakan kebanggaan bagi gadis Lombok.

Kembali lagi kita bahas Midang, tentang tata cara bergiliran masuk ke ruang tamu yaitu dengan cara harus duduk bersila dan gadis yang dipidangi duduk berjauhan di pojok ruang tamu dan patokannya.

Tidak boleh merubah posisi bersila kira-kira kalau kaki sudah terasa mau kesemutan barulah keluar untuk giliran yang lain masuk, cara Midang seperti ini sudah tidak ada lagi terdengar hingga pelosok saat ini.

Di bagian tempat lain di Lombok ada cara yang lebih unik lagi yaitu seorang gadis berjualan makanan dan minuman lalu akan datang pemuda – pemuda untuk berbelanja nanti di antara pemuda yang datang berbelanja harus menunjukkan jati diri dengan cara berbelanja dan menghamburkan belanjaannya supaya sang gadis tau kalau pria yang naksir itu banyak uang.

Bahkan yang aneh dan lucu ada yang sampai menghancurkan semua jualan dengan memecah dan memorak-porandakan semua dagangan sang gadis dengan maksud menunjukkan jati diri bahwa dia sanggup untuk membayar semua barang-barang yang hancur.

Dia akan mendapatkan pengakuan dari gadis bahwa dia orang tajir yang layak untuk dipilih, perilaku seperti itu dianggap hebat bagi pesaingnya bukan berarti pria yang lain harus tersinggung.

Hal semacam itu semua kalau dilakukan saat ini pasti akan menjadi bahan tertawaan hanya yang dianggap tabu dan tidak boleh dilakukan saat itu yaitu memegang tangan termasuk bersalaman apa lagi mau pegang sembarangan bisa jadi masalah dengan keluarga besar wanita karena Midang di Lombok ibarat orang mau nonton TV di tempat terbuka, banyak yang datang dan siapa saja boleh datang Midang asal siap antre menunggu giliran. Bagaimana cara hingga kawin kita bahas di sesi Merarik atau kawin.

Seiring waktu bergeser tahun 1985 seorang gadis bisa didekati dengan cara main surat – suratan dengan perantara mak comblang bergeser 5 tahun lagi sang gadis boleh diajak jalan – jalan tapi tidak boleh sampai malam dan kalau lewat dari jam 10 malam pihak keluarga tidak akan menerima anaknya untuk pulang ke rumah.

Lelaki atau sang pacar harus bertanggung jawab menikahi sang gadis karena dianggap sudah noda, bergeser 5 tahun lagi sang gadis boleh dibonceng dengan sepeda motor, bergeser 5 tahun lagi sudah ada yang menikah hamdan ( hamil duluan ) dan hingga kini ada yang berpacaran hingga 5 – 10 tahun tapi belum dijalin dengan ikatan pernikahan.

Hingga saat ini orang Lombok lebih ter-obsesi untuk mendapatkan karier yang bagus baru mengurus masalah pacaran, semua yang saya ungkap ini hanya gambaran gamblang saja atau tidak mutlak bagi keseluruhan masyarakat Lombok.

MERARIK ATAU PERKAWINAN

Nyongkolan
Acara Nyongkolan di Lombok

Dalam budaya Lombok Merarik dalam bahasa Sasak atau bahasa Lombok diartikan perkawinan, yang secara aturan nasional sangat bertentangan tapi secara adat sangat dianggap lumrah dan dianggap sebagai kearifan lokal.

Dalam budaya masyarakat Lombok proses dari perkawinan dengan cara diculik dianggap bagian dari tradisi budaya yang bisa di terima oleh semua lapisan masyarakat suku sasak Lombok atau mungkin di daerah lain hal ini sangat dianggap tabu, memalukan atau aib yang membawa malu anggota keluarga.

Proses dari menculik (maling) atau melarikan anak gadis ini bagi orang di luar suku sasak Lombok akan beranggapan bahwa anak gadis ini sudah hamil karena dalam adat tradisi hamil di luar nikah adalah perbuatan dosa yang melanggar norma adat dan agama Islam.

Proses perkawinan dengan cara diculik sebenarnya sudah didasari suka sama suka di antara mereka yang mau Merarik atau kawin tapi mengapa sang pemuda tidak langsung saja datang untuk melamar ke orang tua si gadis walaupun sebenarnya orang tua dari si gadis sudah tau dengan siapa anaknya berhubungan.

Bahkan juga orang tua tidak tahu sama sekali dengan siapa anak gadisnya berhubungan atau pacaran lalu tiba tiba anaknya tidak pulang setelah lewat dari jam 10 malam biasanya sudah disimpulkan si anak ini dibawa lari untuk kawin dan spontan reaksi keluarga linglung untuk memastikan kepergian dari anaknya.

Biasanya besok pagi atau siang akan ada datang dengan pakaian adat untuk menyampaikan kabar atau disebut “Selabar” mereka ini biasanya terdiri dari Kadus atau kepala dusun, paman atau keluarga terdekat dari pihak lelaki untuk menyampaikan selabar atau kabar bahwa anak gadisnya sudah berada di dalam pihak keluarganya untuk tujuan Merarik atau kawin.

Untuk hal berikutnya akan ada periode kedua untuk sesegera mungkin datang untuk menyampaikan “Pesuke” atau asal dari kata “suka” yang dimaksudkan untuk membicarakan “Penyerah” atau yang diartikan “penyerahan”.

Dalam proses ini akan membicarakan mengenai biaya perkawinan dalam adat Lombok semua biaya perkawinan akan dilimpahkan ke pihak mempelai laki – laki biasanya mengenai Penyerah ini akan disesuaikan dengan tingkat status sosial.

Lalu bagaimana jika dari pihak laki – laki tidak bisa menyanggupkan permintaan dari pihak keluarga perempuan ? Akan ada negosiasi hingga dari pihak keluarga perempuan menyepakatinya, tapi bagai mana jika tidak ada kesepakatan hingga sudah berkali – kali datang untuk negosiasi ?

Nah inilah yang terburuk dari proses ini walaupun jarang tapi kadang harus terjadi hingga anak gadis dianggap dibuang oleh pihak keluarga dan pernikahan akan diselesaikan melalui wali hakim karena seorang gadis yang sudah dibawa lari sangat pantang untuk dibawa balik pulang ke lingkup keluarga karena sudah dianggap tercoreng di mata masyarakat dan risiko ini akan membawa dampak buruk bagi citra seorang gadis seperti ini bahkan citranya lebih rendah dari pada seorang janda.

Berbicara tentang proses dari yang tidak terburuk dari kesepakatan “Selabar” yaitu membicarakan tentang teknis pelaksanaan tanggal acara pernikahan, “Nyongkolan” atau proses pawai adat perkawinan yang diarak di jalan raya dengan menggunakan pakaian adat sasak dengan diiringi musik tradisional dan “Begawe” atau pesta acara pernikahan.

Nuansa acara ini tergantung dari status sosial bila yang kawin adalah anak dari saudagar beras dengan anak dari saudagar sapi pasti tentunya akan kelihatan mewah dan meriah tapi bila yang kawin dari kalangan anak buruh tani dengan anak tukang batu akan menyesuaikan anggaran cukup seadanya saja bahkan bila sangat tidak mampu cukup hanya dengan acara ijab kabul dengan sajian hidangan seadanya.

Bicara soal lain tentang cara – cara proses perkawinan ini sebenarnya sudah diakui dan dirasakan bahwa cara ini sangat tertinggal karena banyak efek buruk dari mempertahankan hal yang buruk hingga banyak sekali dari pasangan muda yang umur perkawinannya sangat pendek karena fondasi dari perkawinan yang diawali kurang jauh sebelumnya saling mengenal antara satu dengan yang lainnya.

Hingga banyak menimbulkan perceraian dan hal ini sudah diakui angka perceraian di Lombok sangat fantastis bila dibandingkan dengan daerah lainnya, selain itu kebanyakan dari para calon pengantin kurang mempersiapkan diri secara material, walaupun belum bekerja-pun sang lelaki tidak pernah mau ambil pusing tentang persiapan untuk menempuh jenjang hidup berumah tangga.

Bahkan uang sepeser-pun tidak punya mereka sudah berani mengambil resiko untuk kawin dan untuk biaya mereka mengandalkan sumbang-sih pihak keluarga terutama orang tua, termasuk juga langkah keputusan kawin dengan cara mencuri ini didasari atas latar belakang belum punya biaya.

Proses selanjutnya setelah acara Nyongkolan yaitu “Bejango” yang diartikan mengunjungi pihak keluarga perempuan untuk tujuan silaturahmi saling kenal antara keluarga paling terdekat dari pihak kedua pengantin, biasanya proses Bejango dilaksanakan setelah paling telat seminggu pada malam hari sekitar pukul 08:00 malam dengan berpakaian sederhana santun dan rapi.

Biasanya pihak perempuan menggunakan busana terusan dengan berkerudung dan pengantin lelaki sederhana dengan kemeja dan menggunakan peci atau songkok. Begitu pula dari pihak keluarga perempuan sudah mempersiapkan kedatangan putrinya untuk pulang saat itu dan setelah itu entah kapan lagi untuk berjumpa dengan orang tua, saudara dan keluarga.

Karena secara utuh pengantin perempuan sudah jadi milik pihak keluarga lelaki dan kemungkinan pulang entah kapan lagi untuk waktu yang tidak tentu.

Adapun cara yang sudah bergeser mengikuti pengaruh zaman yang sudah tidak terbelakang lagi yaitu dengan mengikuti cara – cara orang pada umumnya atau bisa kita bilang cara nasional dengan proses melamar setelah dari pihak kedua keluarga sama – sama merestui untuk melihat anak-anak mereka melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Ini berlaku untuk kalangan intelektual masyarakat Lombok yang terlebih dahulu mereka (yang mau menikah) mempersiapkan diri secara finansial dan mengutamakan pandangan masa-depan setelah menjalani bahtera rumah tangga.

Biasanya mereka terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan mendapatkan pekerjaan yang mapan atau menjanjikan cukup untuk merencanakan membuat rumah yang layak atau dengan cara kredit KPR, dan biaya pernikahan pun sudah disiapkan sendiri dengan cara menabung dari hasil bekerja.

Begitu-pun proses perkawinan ini lebih meriah dengan acara resepsi pernikahan bahkan acaranya bisa berlangsung di sebuah gedung yang disewa mahal dan mewah dengan melibatkan mengundang pejabat-pejabat pemerintah atau orang terhormat umumnya.

Pernikahan atau acara perkawinan seperti ini berlaku di kota Mataram, atau kota kabupaten tapi tidak berarti semua karena sebagian penduduk kota juga berstatus sosial ekonomi menengah.

BELANGAR ATAU MELAYAT

Dalam budaya Lombok “Belangar” dalam bahasa sasak atau orang Lombok yaitu melayat orang yang meninggal dunia atau silaturahmi mengunjungi keluarga yang sedang berduka, di saat seseorang dinyatakan sudah meninggal dunia sesegera mungkin akan diumumkan di masjid melalui pengeras suara atau laud-speaker.

Orang Lombok
Orang Lombok Utara

Setelah jenazah disemayamkan para keluarga, kerabat dan tetangga akan mendatangi rumah duka untuk merundingkan tempat pemakaman sementara anak muda sesegera mungkin untuk mengupayakan bambu untuk dijadikan keranda mayat.

Selain itu sanak keluarga teman dan kerabat terdekat yang wanita akan datang dengan membawa baskom yang berisi beras yang disebut “beras Pelangar” yang nantinya dijadikan persiapan untuk pembuatan kue selama acara pembacaan doa selama seminggu.

Sementara dari pihak lelaki akan menyumbangkan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop untuk biaya acara selamatan yang nantinya akan diolah oleh pihak keluarga setelah jenazah dimakamkan.

Belangar
Orang Belangar bawa beras

Ritual acara setelah pemakaman jenazah akan berlangsung satu hari setelah pemakaman yang biasa dilakukan oleh suku sasak atau orang Lombok pada umumnya melakukan acara zikiran selam satu minggu yang dilaksanakan setelah selesai sholat Isya.

Para keluarga dan tetangga terdekat berduyun-duyun mendatangi tempat acara zikiran yang biasanya dilaksanakan di halaman depan rumah dengan menggunakan penutup atap terpal dengan penerangan lampu secukupnya (sederhana)

Keranda Jenazah
Pelayat sedang membuat keranda Jenazah

Hidangan setelah selesai acara zikiran pun sangat sederhana biasanya berupa kue yang bahannya dibuat dari olahan beras Pelangar dan minuman sekedar teh atau kopi.

Selain itu ada acara selamatan dengan pembacaan doa untuk 3 hari setelah meninggal dunia yaitu acara “Nelong” atau telu yang artinya tiga biasanya acara ini dilaksanakan pada siang hari dengan mengundang keluarga dan tetangga terdekat yang dilaksanakan di ruang tamu hingga teras rumah duka.

Dengan sajian makan siang dengan lauk yang berbumbu artinya bukan lauk sayur asem, tumis atau dengan ikan asin semua biaya ditanggulangi dari beras Pelangar dan sejumlah uang sumbangan duka dari pihak keluarga, kerabat, teman dan tetangga.

Ada juga acara berikutnya setelah sembilan hari pemakaman yaitu acara “Nyiwak” siwak atau sembilan acara ini lebih besar sedikit dari acara “Nelong” karena biasanya akan melibatkan untuk mengundang keluarga atau kerabat yang lebih jauh acara ini tergantung dari kesepakatan keluarga bisa dibesar-besarkan jika ingin lebih banyak mengundang sanak keluarga atau kerabat jauh.

Orang Tua di Lombok
Pemangku adat Lombok Utara

Esensi dari acara seperti ini cenderung untuk berpesta tanpa mengingat makna acara yang sebenarnya biasanya dari pihak keluarga akan mengeluarkan uang kantong sendiri.

Selanjutnya ada acara memperingati 40 hari dari penguburan acara ini disebut acara “Metangdase” atau empat puluh hari tapi acara ini berlangsung bisa jadi seperti acara Nelong tidak terlalu meriah cukup hanya mengundang keluarga, kerabat dan tetangga sebelah untuk berzikir di rumah duka.

Ada juga dari warga masyarakat yang beraliran Wahhabi yang tidak merayakan acara – acara seperti ini karena menganggap bid’ah atau hal yang tidak dianjurkan oleh agama karena esensi doa selain anak sendiri dari yang meninggal tidak akan di terima mengacu pada hadis Rasulullah. tapi dalam masyarakat lombok tradisi lebih kuat menggeret hal – hal yang sudah menjadi kebiasaan.

Nenek di Lombok
Papuk (Nenek) sebutan orang Lombok

Selanjutnya nanti akan ada acara “Nyatus” untuk merayakan hari ke seratus hari setelah di kuburkan dan acara “Nyiu” atau siu atau seribu hari setelah dikuburkan tapi biasanya tidak dilaksanakan tapi ada juga yang melaksanakan tergantung dari tingkat emosi keluarga yang masih menyayangi kepergian dari keluarga yang sudah meninggal dunia.

BUDAYA LOMBOK KARANG BAJO DI BAYAN

Moment langka acara adat istiadat budaya di Karang Bajo di Bayan Belek, kabupaten Lombok Utara yang belum tentu di adakan dalam 5 atau 10 tahun sekali di dalam pergantian pemangku adat secara turun temurun
Inilah proses pengantar Perumbak daya artinya pengantar pemangku adat masuk hutan ke rumahnya di dalam hutan untuk menjaga hutan itu sendiri dengan segala isinya untuk secara Spiritual dan Non Spiritual

Masyarakat Lombok Utara

Masyarakat Lombok Utara