Sudah jamak dalam pengetahuan kita, makna kata relawan Gempa, adalah mereka yang bekerja tanpa pamrih. Ada relawan kemanusiaan seperti yang banyak kita temui saat ini membantu para korban gempa Pulau Lombok, namun juga ada relawan pemenangan kepala daerah, bahkan relawan pemenangan Presiden.
Para relawan ada yang terjun ke darat, ada yang dari udara. Para relawan di darat terjun langsung ke masyarakat, menjual calonnya dan relawan udara, terjun melalui pembentukan opini, melalui media massa, serta media sosial.
Membandingkan para relawan dan Tim pemenangan yang terbentuk secara formal terstruktur, adalah sangat jauh. Relawan bekerja, dominan dengan dasar hati dan ketulusan sementara tim pemenangan bekerja dengan anggaran lengkap dan bahkan berlimpah.
Kalah dan menang bagi Tim pemenangan, tidak akan rugi secara material bahkan moril, namun bagi seorang relawan kekalahan adalah lukanya hati, berbulan bulan bulan, bahkan bertahun tahun.
Apa yang di dapatkan relawan?
Kalaulah boleh saya ibaratkan dengan seorang wartawan yang bekerja di perusahan media yang baru terbit, belum mampu menggaji karyawannya, maka kepuasan seorang wartawan adalah ketika, hasil liputannya, berhasil terbit atau ter ekspose. Ada kepuasan, saat tulisan berjudul ” Relawan EVAKUASI KORBAN GEMPA, SETELAH TERTIMBUN TIGA HARI,”
Kira kira demikian judulnya yang terbit di koran hari Senin 11 Juli.
Itulah kepuasan hati seorang wartawan, yang masih penuh dengan idealis meski tidak ada gaji.
Itu pun juga yang terjadi dengan relawan ketika sang calon bupati ataupun gubernur terpilih. Pertanyaannya adakah yang dia dapatkan yang lain? Jawabnya tidak ada. Mengapa? Karena dia relawan. Kalau dia menuntut kompensasi kerja, akan di jawab ” Bukankah Anda ini relawan, yang siap membantu sukarela? “Itu kata Sang Bupati terpilih. Namun kalau sang calon terpilih bijak, maka itulah rezeki dari keikhlasan RELAWAN.
Kalau tidak bijaksana, calon terpilih, maka kita perlu cerita lagi..
Salah seorang Kyai, pernah berkata. “.Bahwa untuk kebaikan, Tidak ada yang namanya Perbuatan Sia Sia. Bila Bukan kita yang mendapat hasilnya, maka insya Allah Anak cucu kita yang akan menerima.”
Itulah keadilan Allah, Si Dollah, dalam ceritanya hanya tahu Soekarno, dari dongeng ibunya sebelum tidur, ketika dia belum duduk di Sd. Cerita tentang Soekarno, Itulah yang memanggil dirinya, untuk terus menjadi relawan Trah Soekarno. Dan Alhamdulillah, ketika kakek dan orang tuanya sebagai relawan pendukung Bung karno, bekerja dengan ikhlas tanpa hasil, Allah menakdirkan cucunya duduk sebagai wakil rakyat.. sebagai keikhlasan kakek, orang tuanya ketika itu. Demikianlah Perbincangan antara relawan dalam tenda plastik korban Gempa.
Oleh: H. L Arwan